Minggu, 25 Januari 2015

semoga terbaca jelas dihadapanmu

Wahai Adam,

Andai aku yang ditakdirkan Tuhan untuk menemani hidupmu pastinya akan ada jalan dimana kita akan bersatu, seburuk apapun situasi dan kondisinya. Aku ataupun kamu hanyalah manusia biasa yang jika tanpa ikhtiar, doa dan tawakal. meski Allah telah menuliskannya sejak seseorang masih dalam kandungan dan bahkan sampai 18 tahun ini masih menjadi rahasia besar-Nya, namun aku masih saja berharap disetiap sujudku pada-Mu Ya Rabb bahwa akulah yang kelak menjadi hawa bagi dirinya.

Apakah ini salah?

Padahal sudah amat jelas Kau pasangkan sesuatu itu agar menjadi saling melengkapi, namun aku masih saja pada fase ini.

Sesungguhnya dan amat jujur aku tidak paham bagaimana menghadapi ini. membendung sebesar-besarnya luapan asa yang entah harus ku apakan, membuat dimensi-dimensi baru disetiap khayalan dan kenyataan, mengimbangi antara takdir-Nya dan harapanku.

Rasanya tak akan pernah ada habisnya.

Wahai Adam,

Andai saja ridho kedua yang terbesar setelah Allah itu ada, bukankah lebih mudah untuk meneruskan langkah? namun, kenyataannya berbeda. Masa lalu ku membuat hari ini seolah seperti benang kusut. saat kita tengah berjalan dan sepakat saling menggenggam, saat itu pula-lah semua harus dihentikan. benar-benar harus dihentikan. Kau mundur. dan aku tetap melanjutkan perjalanan itu dengan menggenggam sendiri dunia masa depan yang sering kau ceritakan. Aku tidak terpaksa, tapi ini ego yang paling kuat untuk terus berjalann, meski tanpanya.

Ya Rabb,bukankah ini menyakitkan bagi seorang wanita biasa yang baru tumbuh dan melepas ikatan kepang dua dikepalanya? bagi seorang wanita yang takut terbang ketingginya dan tak pernah berani turun kerendahnya?

hhh...

Namun, kebijaksanaan hatimu sebagai seorang anak membuatku yakin bahwa ini bukanlah sembarang pilihan meski kau semakin abu-abu untukku.

hanya dengan tangan Tuhan yang mampu menyatukan sesuatu yang terpisah :)

dibaca aja yak ceritanya :)

Malam...
tak sedikit orang tertarik dengan ini. bagiku aku lebih membutuhkan malam ketimbang pagi atau siang. Mungkin setelah membaca kalimatku barusan kalian berpikir kurang sportif. Aku adalah pengagum malam... entah mengapa tapi ini bisa membuatku merasa nyaman. Semalaman aku tak pernah berjalan sepanjang kota, duduk ditaman, nonton konser, atau nongkrong dengan anak-anak yang ‘seadanya’. Namun malam menjadikanku damai, menjadikanku sosok abadi. Sungguh aku lelah menghadapi aktivitasku seharian. Entah itu belajar  dikampus, pertemuan BEM, dan semacamnya.
Sebenarnya bukan hal itu yang membuatku terdengar ‘mundur’ dan terselungkup. Tapi kenyataan itu yang pahit hingga pada akhirnya ku putuskan bahwa ini adalah periode ‘misteri’ sebab hampir 6 tahun ku bangun konsep masa depanku namun harus terpaksa runtuh.
Ini menyakitkan, sungguh...
bersama kegelapan ku arungi kenyataan baru. Membuka kembali potongan-potongan masa lalu, masa-masa yang juga ku lalui. Bersama itu semua aku tersenyum, namun aku menangis. Aku bahagia namun aku kecewa. Rencana apa lagi ini, Tuhan... dirinya membuatku terpaku dalam harapan yang kini terputus. Sekarang aku benar-benar terpaksa bahagia dihadapan malam yang langitnya ku tatap pekat. Membuatku kembali memasuki dunia kosong itu. Ini salahku. Kebodohanku.
Andai 6 tahun ini ku sadaari apa yang terjadi, andai selama ini aku sadar yang ku jaga jauh dari kenyataan, andai aku mau berusaha memadamkan perasaan ini. ah, tapi semua terlambat. Matahari terlanjur membawanya pergi dari siang hari. Aku haanya punya malam, tapi ini buruk, amat buruk. Aku harus membereskan kekacauan ini, membunuh perasaan ku yang selama ini begitu melekatnya. Aku harus menggerti jalanku berbeda dengannya.
Betapa hancurnya ketika pagi itu ku dapati kabar melalui sebuah media sosial ia akan mempersunting gadis lain. Kejutan terindah dihari ulang tahunku. Setelah slama tiga hari ini ia tak menghubungiku. Ku kira ia sibuk, ya, ternyata ia sibuk menyiapkan hari besarnya nanti.
Ferrum Pratama & Afhra Yasmine
22 Februari 2014.
    
lalu apa selama 6 tahun ini?
“kamu tidak perlu mengatakan apapun. Aku tahu, dan akupun merasakannya” “yakinlah... Allah akan menjawab semua itu suatu hari nanti”
“akan ku biarkan kau memilih siapapun, aku akan berusaha bahagia untuk itu” semua kau katakan padaku. Setelahnya aku amat berani membuat harapan yang begitu besar tuk hadapi kehidupan dengannya. Aku berani memperbesar harapanku tuk bersanding dengannya. Aku sungguh melangkah jauh. Mengharapkan takdir dengannya. Bahagia merancang ssemua konsep hidup. Tapi sekarang? Harus kemana ku bawa sepotong hati yang sudah tak berdaya ini? kau begitu tak memikirkan perasaanku sedikitpun. kabar pernikahanmu-pun tak kau sampaikan langsung padaku. Aku kecewa aku marah, hancur, terluka, dan ini kepahitan yang sempurna. Ketika hari itu-pun aku tak hadir. Aku tak mungkin membiarkan tangisku pecah dihadapan kalian, aku tidak sanggup melakukan itu. Melihat sosok adam yang ku tunggu selama 6 tahun ini berada disamping wanita lain.
    ***
selang 11 bulan setelah hari pernikahannya aku mencoba berusaha memulihkan rasa sakitku. aku pasrahkan segala perkara ini pada-Nya.
“Rabb. Aku tahu ini takdir-Mu. Kau Yang Maha Besar CintaNya berikan aku seluas-luasnya kesabaran juga keikhlasan hati tuk bisa menerima ketentuan ini”
sujudku disepertiga malam... selemah-lemahnnya kodrat seorang wanita, ku coba tegapkan bahuku. Selama ini, selama 11 bulan ini rasa sakit itu tak bisa benar-benar beranjak pergi.
“krrrriiiiiiiiiiiiiing.........”
dering telepon genggamku membuatku tersadar dari lamunan yang panjang. Pesan singkat? Dari ferrum? Dia memintaku menemuinya dicafe pesona laut jam 15.00 WIB. Ada apa ini Tuhan? Gumamku dalam hati. Aku tak memintanya untuk mengembalikan perasaanku itu, aku tak pernah memaksanya untuk memilihku, tapi apa maksud dari ini semua? Dia kembali lagi, entah untuk apa aku tak mengerti.
*15.15 dicafe....*
Aku tiba terlebih dahulu dengan pakaian yang amat rapi. Apa karena ingin bertemu dengannya? Ah tidaaaak.
“Assalamualaikum... Alisa yaa?”
aku menoleh kesumber suara itu. “Waalaikumsalam... iya, maaf siapa?”
setelah melewatkan waktu 45 menit dengan wanita cantik itu, Yasmine namanya, dan dia pergi meninggalkanku dengan amat santunnya yang masih saja tak habis pikir. Dia adalah isteri dari Ferrum. Membawa seseatu yang sulit ku terjemahkan. Aku terus ingat perkataanya “kembalilah padanya, aku tahu semua tentang mu, tentang kalian. Aku tak punya banyak waktu lagi, Lis. Tolonglah, kamu dan dia sebenarnya ditakdirkan untuk bersama tapi kalian kehilangan kebersamaan.”
Kenapa begini? Aku memang masih mencintainya, tapi bukan berarti berniat merebutnya. Mengapa Yasmine melakukan ini?
Seminggu sebelum Yasmine meminta jawabanku, ku dirikan istikharah. Aku berserah diri dengan semua perkara ini. Lalu aku mendapat kabar, Yasmine mempercepat pertemuan kita. Aku buru-buru melangkah tak boleh terlambat. Setibanya dicafe yang sama seperti sebelumnya ku dapati yasmine tengah duduk dikursi roda bersama seorang perawat.
“Assalamualaikum. Yasmine, apa yang terjadi?” tanyaku penuh kekhawatiran melihat keadaannya.
“Waalaikumsalam, hai Alissa. Aku baik. Bagaimana dengan permintaanku kemarin?” sahutnya penuh ketenangan.
Sungguh, wanita yang ada dihadapanku benar-benar luar biasa. Meski wajahnya terlihat pucat tapi raut wajahnya tetap anggun.
“bagaimana Alissa?” Yasmine mengulang pertanyaanya.
“ah iya maaf. Aku... aku tak mungkin menyakiti wanita sebaik kamu. Aku tak pernah meminta Ferrum kembali padaku lagi, aku sadar ini bukan jalanku”
“kamu tak pernah sedikitpun menyakitiku dan akulah yang memintamu kembali padanya. Lakukanlah Alissa, tak ada yang kupercaya selain dirimu untuk menjaga suamiku.”
Mendengar perkataannya aku telaah baik-baik, maksudnya? Tanyaku dalam hati. Aku belum berani mengatakan apapun, beberapa detik berlalu ku tatap peket-pekat wajahnya yang anggun itu.
“Astaghfirullah, Yasmine kamu kenapa? Hidungmu mengeluarkan darah?” aku panik sekali. Darahnya begitu banyak. Aku dan perawat itu sesegera mungkin memwbawa Yasmine ke rumah sakit, ia tlah kehilangan kesadaran. Aku menangis selama perjalanan hingga tiba dirumah sakit. Aku mencoba menghubungi Ferrum untuk memberitahukan kabar ini. dia secepat mungkin menyusul ke rumah sakit.
“Alissa? Kamuu? Ah sudah nanti saja. Bagaiman Yasmine? Dimana dia?” nada bicaranya penuh kepanikan.
“tenang, Yasmine sedang ditangani oleh dokter. Aku dan perawat yang membawanya kesini. Panjang ceritanya. Tapi apa yang sebenarnya terjadi?” “Yasmine terkena leukimia, sekarang stadium akhir. Dia tak pernah mau berobat keluar negeri, ntah, aku-pun tak mengerti kenapa.”
Bungkam aku mengetahui itu. Bagaimana mungkin orang sebaik dia diberi ujian sehebat ini? lambat laun air mataku menitik.
“dok, bagaimana isteri saya?”
Ferrum tak membuang waktu begitu dokter keluar ia langsung bertanya.
“buruk. Silahkan masuk. Beliau ingin bertemu dengan kalian”
Kami-pun memasuki ruang perawatan iitu. Begitu mengharukan betapa khawatirnya Ferrum terhadap Yasmine. Dibelainya rambut isterinya itu, begitu mesranya mereka dan aku tak mungkin masuk dalam kehidupan mereka. Kurasa mereka cukup bahagia atau bahkan amat bahagia walau hidup belum dianugerahi seorang buah hati.
“hay Alissa, kemari...” sapa Yasmine dengan nada yang sedikit tertatih, sepertinya ia menahan rasa sakit itu.
“ah iyaa” aku menghampiri ke dua insan itu. Tak lama Yasmine mengeluarkan sesuatu yang membuat aku dan Ferrum terkejut.
“ini adalah bukti takdir kalian”
ia menunjukkan sebuah buku catatanku dengan Ferrum tepat 7 tahun yang lalu. aku dan Ferrum sama-sama tak mengeluarkan sepatah kata-pun.
“kalian tidak mungkin melupakan ini. bacalah kembali. Begitu pekatnya perasaanmu, Lis. Dan kau suamiku, aku percayakan Alissa untuk menemanimu, mengusap peluh diwajahmu, menjadi madrasah bagi anak-anak kalian kelak”
tuturnya penuh keshalehan.
“aku tidak...” pembicaraanku terpotong dan ia langsung menegaskannya.
“kamu pasti bisa”
aku meneteskan air mata dihadapannya, tak kuasa menahan serpihan kisah ini.
Ferrum menatapku lamat-lamat, ntah apa yang ia pikirkan dengan caranya.
“kalian harus bersedia. Aku tahu betul persoalan hati kalian. Sekali ini saja turuti permintaanku, aku tak ada banyak waktu.”
pintanya dengan lirih dengan bola mata yang mulai berkaca-kaca. Aku tahu dan amat yakin, Yasmine menahan rasa sakitnya. Wanita mana yang sudi membagi suaminya dengan wanita lain? Ah apa yang harus kulakukan?.
“tapi Yasmine...” Ferrum mulai bicara.
“aku ikhlas. Sudahlah sekali ini dan aku janji ini yang terakhir” pintanya lagi.
Akhirnya selang tiga jam aku memulai pernikahanku dengan Ferrum secara mendadak dirumah sakit, dihadapan Yasmine. Alhamdulillah orang tua ku bersedia dan mereka merestuinya. Ini berat buatku, terlebih buat Ferrum dan Yasmine.
“tapi aku masih menyimpan perasaan itu” ucapnya membuatku tak percaya.
“aku mencintai Yasmine seperti aku mencintaimu, tapi kamu lebih dulu ada dirangkaian ceritaku. Aku tak pernah lupa dengan apa yang dulu pernah ku ucapkan padamu. Tujuh tahun lalu” jelasnya lagi membuatku tak habis pikir.
“terimakasih, aku tak pernah berani mengalihkan rasa itu kepada siapapun. Belum ada yang ku percayai untuk menjadi imamku selainmu”
akhirnya kami resmi menjadi adam dan hawa yang sesungguhnya. Semoga Allah meridhoi jalan ini. ku lihat ada garis senyuman diwajah Yasmine. Ia amat bahagia, tapi aku sama-sama wanita, Yasmine tidak bisa menyembunyikan perasaannya yang sesungguhnya. Tiba-tiba Yasmine...
“ah to-o-long,” dan ia tergeletak dilantai.
“dokter... dokter tolong isteri saya dok” Ferrum berteriak teriak meminta pertolongan dokter. Kami dipersilahkan menunggu diluar selama Yasmine ditangani. Doa dan harapan tak pernah terputus selalu dipanjatkan.
***
sepuluh menit kemudian..........
“maaf, takdir bicara lain. Isteri anda tak dapat tertolong”
YaRabb, mengapa seperti ini. sempurna sekali hari ini. Ferrum menjatuhkan dirinya diatas tubuh Yasmine. Aku berusaha merangkulnya, menenangkannya walaupun aku sendiri tak tahu bagaimana caranya.
“ikhlas adalahh cahaya untuk Yasmine dialam sana” ucapku dengan kalimat yang aku sendiri pun tak mengerti. Aku hanya berusaha membuat Ferrum tetap tegar dan ikhlas menerima ini.

THE END

contoh pidato kelas 12 SMA INDOCEMENT

Assalamualaikum wr.wb
Yth. Bapak Alexander Frans, selaku pengawas pendidikan YITP
Yth. Bapak H.Agus R.S Prawira, selaku wakil pengawas pendidikan YITP
Yth. Bapak Ka.UPTK dinas pendidikan kec.citeureup
Yth. Bapak Drs.Asep Suheli A.H, selaku kepala SMA INDOCEMENT
Yth. Bapak kepala SMP Bantarjati dan SMP Puspanegara
Yth. komite sekolah SMA INDOCEMENT
Yth. Hadirin undangan dan orang tua/wali siswa-siswi SMA INDOCEMENT serta teman-teman kelas XII yang saya sayangi dan saya cintai.
    Dipagi yang indah dan berbahagia ini, marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya kita semua hadir bersama dalam pertemuan yang cukup istimewa ditempat ini, untuk merayakan penuh syukur atas keberhasilan kami siswa-siswi  karena bisa lulus dari tiga tahun masa pendidikan dan perjuangan kami.
    Pada kesempatan ini izinkan saya mewakili teman-teman untuk menyampaikan kesan dan pesan selama menempuh masa pendidikan di SMA kita tercinta ini.
    Teman-teman yang berbahagia, pernahkah diantara kita berpikir mengapa kita memilih SMA INDOCEMENT sebagai tempat menuntut ilmu? Dari sekian lamanya kita belajar di SMA ini rasa kekeluargaan yang kami rasakan sebagaimana seorang anak terhadap ibu bapaknya, kepada teman-teman sebagaimana kakak terhadap adiknya, sehingga kami begitu berat untuk meninggalkan berbagai macam kenangan yang pastinya telah sama-sama kita ukir ditiap sudut sekolah ini. inilah SMA INDOCEMENT yang penuh kekeluargaan.
    Dan hari ini... genap sudah 2 tahun 10 bulan atau samadengan 1037 hari 24.888 jam kita semua menjadi bagian dari keluarga besar SMA INDOCEMENT yang  dalam hitungan tak lama lagi kita harus berpisah meninggalkan beribu kenangan semasa sekolah.
Kepada teman-teman saya mengucapkan selamat, kita semua LULUS!!!!
    Bapak ibu guru tercinta, kami tidak tahu harus berkata apa selain untaian kata termakasih kepada bapak ibu guru yang begitu banyak memberikan ilmu dan pengajaran. Terimakasih telah menjadi orang tua kami, terimakasih atas segala bimbingan dan nasehatnya, terimakasih telah membawa kami menjadi orang-orang hebat. Maafkan kami putra-putri mu atas kesalahan yang kami perbuat, namun itu tak membuat bapak ibu menjadi jemu dalam mengarahkan kami.
    Bapak ibu guru tercinta, Sekarang tibalah saatnya dimana kami harus bertemu dengan dunia yang baru, melangkah lebih maju, menjemput angan dan cita-cita kami, menjadi generasi perubah bangsa. Doakan kami dalam menempuh perjalanan panjang ini semoga kami senantiasa menjadi orang-orang yang sukses baik selama didunia maupun akhirat nanti, serta berguna bagi nusa dan bangsa. (aamiin).
    Mungkin hanya itu yang dapat sya sampaikan, kurang lebihnya mohon maaf. Kepada teman-teman sekali lagi selamat, KITA LULUS!!
Wassalamu’alaikum wr.wb